SMP & SMA Qur'an Anamfal, Cirebon : Sekolah Takhassus Al-Qur'an Wawasan Global

Tampilkan postingan dengan label Keluarga Muda. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Keluarga Muda. Tampilkan semua postingan

27 Jun 2016


Oleh: ‪Fitri Callista Azzahra, 
#‎SahabatPICAmbassador Kalimantan Utara 

Akhirnya aku harus mencari buku-buku dan referensi yang lebih akurat lagi. Jadi, tersibuklah aku dengan skripsiku. Untungnya zaman sudah canggih dan ada seorang teman baru yang bekerja di kantor tempatku mengambil data skripsiku yang baik dan mau membantuku. Bahkan aku ditawarkan honor disana membantu pekerjaan kantor. Aku fikir ini lumayan buat ongkos skripsi mengingat semenjak aku bilang kepada suamiku bahwa aku tak bisa pulang-balik seperti biasanya. Dia tak pernah lagi mengirimiku uang. 

Dan uang yang selama ini dia berikan adalah uang buat saya bolak-balik Tarakan-Bunyu dan perlengkapan anak kami saja. Jadi ketika ada tawaran seperti itu saya tentu tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dan Alhamdulillah benar sekali kantor sangat membantuku sekali bahakan teman baruku itu yang selalu setia menemani dan memperbaiki printerku saat lagi ngeprint dan ngadat.

Hubungan ku dengan suamiku semakin renggang. Aku tetap berusaha seperti biasa memberikan perhatian-perhatian kecil dan menelpon anakku. Namun lagi-lagi dia tak mau datang ke Tarakan. Padahal saat itu dia tidak sedang bekerja. Ketika saya maju proposal dia tidak datang menemani saya bahkan tak menyemangati saya. Ya sudahlah.

Aku tahu dia slalu seperti itu. Bahkan ketika aku maju hasil pun dia tak datang. Aku menyelesaikan skripsi dengan tempo 5 bulan. Dengan nilai sangat memuaskan sesuatu yang membanggakan diriku.

Akhirnya aku kembali ke Bunyu mengunjungi anak dan suamiku. Hubunganku dengan suamiku semakin gak karuan dia menyueki aku di pagi hari, tapi bagai singa kelaparan dimalam hari. Keadaan ini sungguh sangat membua aku tak nyaman. Hingga malam itu, aku ungkapkan semua yang aku rasakan dan dia malah semakin menjadi. Disaat yang bersamaan aku harus menyiapakan pemberkasan kelulusan mulai dari yudisium hingga wisuda. 

Tak ada uang yang dia berikan, uang tabunganku hasil bekerja kemarin masih ada. Uang itulah yang saya gunakan untuk menyelesaikan semua urusan ku. Yudisium dia tak datang. Dan aku tetap sabar menjalani dan menghadapi semua ini. Selesai yudisium aku ditunjuk buat jadi asisten dosen di fakultas sehingga aku tidak bisa ke Bunyu. Hingga waktu wisuda pun tiba namun dia tak juga datang padahal aku sudah mengajaknya dan memberitahukannya. Bahkan aku memohon padanya untuk datang di hari yang tak akan terulang lagi itu. Namun, lagi-lagi dia tak datang.

Wisuda selesai akhirnya aku kembali dan menemuinya. Dia semakin kasar dan beringas padaku. Aku sudah tak sanggup lagi. Ketika aku ingin membawa anakku ke Tarakan dia mengharamkan aku untuk memelihara anakku sendiri bahkan dia tega menyumpahi anaknya sendiri. Entah apa lagi yang harus aku lakukan. Keadaan ku disana sudah tak nyaaaman sama sekali. Tak nyama sementara anakku membutuhkan aku, tapi anakku dirampas dari tangannku. 



Dalam masalah yang berat ini. Allah mengirimkan kabar bahwa aku akan di sekolahkan oleh kampusku dimana pun mau kuliah dengan biaya full gratis, alias beasiswa. Ini bener-bener kabar bahagia. Sungguh bahagia.

Dan, aku memilih untuk melanjutkan ke Jerman. Untuk itu aku mempersipkan diri mengenai segala sesuatu mengenai keberangkatanku dan persiapan diriku.
Namun, masalahku belum selesai.

Setelah menjelaskan semuanya kepada kedua orang tuanya. Walaupun aku tahu ini masalah kami dan seharusnya kami dapat menyelesaikannnya bersama-sama. Namun aku tak sanggup lagi bersamanya menyelesaikannya. Namun, taka ada aku dapat dukungan dari orang tuanya malah aku dijatuhkan, dihina, dan diremehkan. Dia juga telah mengharamkankan ku untuk melihat dia lagi.

Hingga entah apa yg bapak bicarakan dengannya hingga dia berjanji akan ke Tarakan untuk memperbaiki semuanya. Namun, ku tuggu-tunggu tapi tak pernah juga datang seperti biasa. Dia hanya bisa bicara tanpa pembuktian. Jadi, aku memutuskan untuk melakukan gugatan cerai setelah beberapa kali aku konsultasikan sama Ustadz, beberapa guru agama, dan para orang tuaku. Aku pun memutuskan berpisah dengannya. Dengan harapaaan yang sangat besar bahwa ankku bisa bersamaku. Amiin.


Kali ini, aku hanya bisa berdoa agar diberikan yang terbaik dalam hidupku. 

Oleh: ‪Fitri Callista Azzahra, 
#‎SahabatPICAmbassador Kalimantan Utara 

Ya Allah, Usiaku saat itu masih 19 tahun. Aku tak pernah tau apa yang pernah aku lakukan higga aku bernasib seperti ini. Menyalahkan keadaan, menyalahkan nasib, tak tahu nasib masa depanku nanti. Hingga seorang sahabat menyadarkanku aku masih punya harapan. Cita-cita itu masih bisa dikejar. Dia selalu menemaniku disaat saat aku rapuh hingga saat ini.

Suamiku jarang sekali ke Tarakan bahkan setiap minggunya akulah yang selalu mengunjunginya bersama anakku. Bahkan ketika lebaran pun dia tak pernah ke rumah orang tuaku. Aku telah mengabdikan diriku baginya dan keluarganya. Namun tak sedikit pun dia menghargai orang tuaku. Entah apa alasannya tak mengizinkan aku membawa anakku. Setiap aku meminta izin untuk membawa anakku ke tarakan dia pasti marah, pasti kasar sama aku.

Ibuku juga nenek dari cucunya tapi tak pernah diizinkan untuk memelihara cucunya barang sehari pun. Aku terus sabar melalui hari-hariku bersamanya dan kuliahku. Beasiswaku memang tak lagi ku dapatkan. Namun melihat prestasiku yang tak pernah jatuh dan keterlibatanku dalam mengharumkan nama kampus membat aku selalu mendapat beasiswa disetiap semesternya. Masih ada harapan untukku meraih cita-cita. Namun bagaimana dengan anakku. Buah hatiku.

Sikapnya yang tak pernah mengizinkan aku memelihara anak kandungku sendiri semakin lama semakin jadi. Aku baru tahu, ternyata aku hanya dinikahi untuk menghasilkan keturunan dan pemuas nafsunya belaka. Dia tak pernah melakukannku selayaknya seorang istri yang ia cintai. Tak pernah memperlakukanku bak bidadari dirumhnya.

Aku yang biasanya tiap minggu selalu menjengguk anakku. Ketika aku KKN dan tak mungkin bagiku untuk menjenguk anakku, saat itu dia memiliki waktu off kerja tak pernah mengunjungiku. Bahkan aku telah memohon padanya agar bisa mengunjungiku, tapi dia malah memarahiku dan berkata-kata kasar padaku. Dan lagi-lagi aku hanya bisa diam.

Sosok imam dalam keluargaku pun tak ada. Dia tak pernah mengajakku untuk sholat, bahkan ketika aku mengajaknya untuk menikah lagi karena keadaanku yang kemarin, dia malah menolak dan berkata belum siap. Tapi setiap malam dia selalu minta dilayani. Dan aku tak bisa menolak.

Aku sudah gerah dengan keadaan ini aku udah bosan dengan keadaan ini bahkan aku sudah tak ingin seperti ini lagi. Aku butuh sosok imam yang slalu mengajakku kepada kebenaaran mengharap ridho dari Allah. Dia selalu megajakku jalan dengan pakaian-pakaian jilbab sexy. Dia bangga memamerkan istrinya yang cantik dan sexy itu ungkapnya. Aku malu aku rishi penampilanku sebelum menikah jauh berbeda. Aku tak mau lagi seperti ini. Sangat tidak ingin lagi.

Hingga akhirnya aku harus menyelesaikan tugas skripsiku. Biasanya 3 hari dalam seminggu aku balik. Kini sebulan hanya sekali saja aku mengunjunginya dan anakku. Dan lagi, walau aku tak selalu menyuapi dan tak rutin menyusui anakku. Tetapi setiap aku pulang anankku tak mau dengan yang lain. Hanya mau bersamaku. Hanya ingin bersamaku. Bahkan aku ke WC pun dia ikut. Bahkan ketika akan diambil oleh bapaknya atau neneknya dia selalu menangis kencang dan ingin ikut denganku. Mungkin inilah kekuatan doa yang selama ini aku panjatkan.

Berada di Kabupaten Bulungan, skripsiku ini tantangan juga buatku. Karena selama ini mahasiswa ujuk-ujuknya menggunakan regresi linier berganda, dan aku menggunakan regresi data panel yang tak pernah diajarkan oleh dosen statistic. Bahkan sepanjang sejarah universitas ku berdiri belum ada yang menggunakan alat analisis itu. Bahkan dosen pembimbingku saja tak tau mengenai alat analisis ku itu. 

Lanjut membaca >>> Pemerkosaan, Saya dan Suami : Pencarian Makna (part 3).



Oleh: ‪Fitri Callista Azzahra, 
#‎SahabatPICAmbassador Kalimantan Utara 

Masa lalu terlalu suram untuk diingat. Saya merupakan wanita korban pemerkosaan oleh seorang pria yang tidak pernah menjadi pacar saya. Saya merupakan anak yang sangat berprestasi di SMA dan tak sedikit yang mau mendekati dan memacari cara. Namun, saya tidak pernah pacaran semua saya anggap teman. Hingga malam itu terjadi. Entah, saat itu saya mau lari bunuh diri MATI.

Saat menulis ini, air mata saya mengalir tanpa saya sadari. Betapa ingatan itu masih terlintas dipikaran saya. Sakit hati yang saya rasa sangat jelas terasa. Masih terasa.

Untungnya, dia mau mempertanggungjawabkan apa yang telah Ia lakukan itu pun saat usia kandunganku telah 7 bulan. Tak pernah menjalin hubungan dengannya membuat aku tak begitu mengenal dia hanya tau nama dan sosoknya saja. Akhirnya tepat tanggal 6 Mei 2013 kami menikah. Saat itu, statusku sebagai salah satu mahasiswa tercatat dalam mahasiswa prestasi peraih beasiswa unggulan yang dibiayai oleh pemerintah semua ongkos kuliah hingga selesai. Namun, kejadian ini membuat beasiswa saya dicabut. Sebagai seorang istri merupakan tanggungjawab saya patuh dan taat padanya. Tapi, apa yang saya dapati di usia kehamilan sudah besar dia selingkuh dengan wanita lain. Saya tak marah sama sekali, saya seakan tak punya kekuatan bahkan keberanian untuk mengungkapkan apa yang saya alami saat itu.

Dia sungguh pandai bermain kata-kata. Dia sungguh bisa memutar balikkan fakta. Hingga suatu ketika tiba saatnya aku harus melahirkan. Aku melahirkan dirumah mertuaku, perlakuan mertua sungguh sangat jauh berbeda dengan ibu saya. Hari ketika anak saya dilahirkan terjadi gelombang besar sehingga ibu saya tidak bisa menjenguk saya. Saya tahu persis apa yang beliau rasakan. Anak saya merupakan anak yang luar biasa sejak usia kandungan masih muda, saya tetap melakukan aktivitas fisik dengan jadwal kegiatan kuliah dan organisasi yang padat. Bahkan ketika memasuki usia kehamilan 5-6 bulan dimana dia mulai lincah berkontraksi di dalam rahimku aku tengah mengikuti berbagai perlombaan. Dan Alhamdulillah juara. 

Bahkan ketika usia kehamilanku 8-9 bulan aku persiapan Ujian Akhir semester. Tak pernah ditemani sama sekali dengan sosok suami yang seharusnya menemaniku kemanapun aku pergi menjagaku dengan buah hati di dalam rahimku. Ya Allah aku merasa benar-benar lemah, namun kekuatanku bangkit setiap aku rasa ada kehidupan di dalam rahimku.

Ujian akhir semester pun berlalu, dan aku melahirkan disaat masa libur kuliah. Tepat selesai masa nifasku 40 hari bertepatan dengan pertengahan registrasi daftar ulang. Aku berangkat meninggalkan anakku, yang masih merah. Yang masih membutuhkan ASI. Aku berada pada pilihan berat. Anakku yang membutuhkan aku dan tuntutan kuliahku yang harus aku selesaikan tepat waktu. Suamiku tak mengizinkan aku menyusui anakku, hanya sesekali saja. Dia sengaja melakukan itu, katanya kau kan harus kuliah, kalau kau dekat sama anakmu nanti kau gak bisa kuliah. Piliihan yang sangaat sulit. Sungguh sangaat-sangat sulit.

Aku pun meminta izin membawa anakku ke Tarakan untuk aku susui hingga berusia minimal 6 bulan. Toh disana juga ada orangtuaku. Tapi, tak diizinkan. Dan aku diantarkan begitu saja di pelabuhan, lalu ditinggalkan. Akhirnya aku berangkat sendiri dengan berlinangan air mata meninggalkan bayiku yang masih tak mengerti apa yang terjadi.






Wujudkan Mimpi Hafiz 30 Juz Bersanad & Kuliah Ke Luar Negeri

Qurban Bersama Ahlul Qur'an : Pilihan Kendaraan Terbaik Menuju Surga

Category

#YukHusnudzon! Acara Pemuda Aceh Africa Agenda Agent Pembicara Alumni Ambassadors America Arabian Arti Hidup Asean Asia Audio MP3 Bali Banten Bengkulu Berita Pemuda Bersyukur Buku Bahas Pemuda Bung Faisal Catatan Masa Muda Ceramah Character Building Cinta Qur'an Conference Da'i Dasar Kebijakan Download Ebook EduWeb Europe Exstra Fenomena Masyarakat Gathering Sahabat PIC Gerakan Pemuda Global vision Go Edu Travel Gorontalo Honeymoon Backpacker How To Indonesia Inspirasi International Conference Islam Internasional Islam Nusantara Jakarta Jambi Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Kalimantan Selatan Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Utara Karir Kerja Karya #SahabatPIC Karya Ambassador Karya Team Karya Tokoh Keluarga Muda Kemendikbud Kemenpora Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Maluku Kepulauan Riau Lampung Layanan Links Liputan Media Maluku Maluku Utara Motivasi Motivasi Inspirasi National Conference Nationalism Nekad Delegates Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Outbound PHBI PHBN PIC Pustaka Papua Papua Barat Peduli Pemuda Pelatihan Ramadhan Pemberdayaan Pemuda Pemerintah RI Pemuda Desa Pemuda Kece Membaca Pemuda Qur'an Penerbit Buku Pengembangan Pemuda Photo Poster Profil Profil Motivator PIC Center Program Public Speaking Training Puisi Pulau Jawa Pulau Papua Pulau Sumatera Quotes Inspirasi Qur'an Renungan Riau Rules Sahabat PIC Sejarah Pemuda Seminar SpeakUp Course Sukses UN Sulawesi Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Utara Sumatra Barat Sumatra Selatan Sumatra Utara Testimoni Tips Belajar Tips Bergaul Tips Berprestasi Tips Cinta Tips Facebook Tips Ibadah Tips Jejaring Sosial Tips Membaca Tips Pendidikan Tips Remaja Tips Semangat Tips Wanita Tokoh Inspirasi Tokoh Pemuda Training Anak Muda Training Entrepeneurship Training Leadership Training Motivasi Training SMA SMK MA Travel Training True Story UKMWeb Video Visualisasi Afirmasi Mimpi Writer Training YHNC Yogyakarta Young Husnudzon Youth Achievement

Positive Impact Center (PIC Center)

Positive Impact Center (PIC Center)
Training & Development

Digital WM

Digital WM
Web Maker & IT Services

Iqromdia

Iqromdia
Penerbit Buku

Pesantren Ramadhan Online

Visitor